Paulus sebagai Diakonos di dalam Surat 2 Korintus

Surat 2 Korintus bukan merupakan satu surat yang utuh, melainkan diperkirakan terdiri dari beberapa surat Paulus kepada jemaat. Tidak lama setelah Paulus menuliskan 1 Korintus, ia menulis satu surat pendek yang mengajak jemaat untuk mengumpulkan dana bagi jemaat di Yerusalem yang membutuhkannya, yang dapat dibaca di 2 Korintus 8. Namun, ternyata surat ini memicu permasalahan yang pelik di sana dan ia menulis pasal 2:14 – 7:4 dan memutuskan untuk pergi ke sana sekitar tahun 54 M. Oleh karena permasalahan semakin rumit, ia memutuskan untuk kembali ke Efesus dan mengupayakan penyelesaian masalah melalui surat-menyurat, karena jemaat sudah benar-benar terhasut oleh musuh. Kemudian ia menulis surat yang dikenal dengan “surat air mata”, yaitu pasal 10:1 – 13:10, di mana pasal 2:1 – 4:9; 7:8-12 menceritakannya. Ia mengirim Titus untuk menyampaikan surat dan menggembalakan di sana. Setelah Paulus di penjara di Efesus, ia pergi ke Makedonia dan di sana ia menulis kepada jemaat di Galatia mengenai “saudara-saudara palsu” yang membuntuti Paulus dan mengacaukan ajaran. Di sana juga ia menulis “surat pengampunan”, yaitu pasal 1:1 – 2:13; 7:5-16; 13:11-13. Setelah itu ia menulis satu surat pendek yang berisi permohonan kepada jemaat di Akhaya dan Korintus agar memberikan bantuan keuangan juga bagi Yerusalem. Jika surat Korintus topik yang diangkat oleh Paulus adalah mengenai berbagai masalah dan dosa dalam jemaat, maka di dalam 2 Korintus Paulus lebih menekankan apologia kerasulannya yang diragukan oleh jemaat saat itu. Para pengikut Yakobus yang berpegang teguh kepada signifikansi ketaatan kepada taurat sepertinya telah berhasil menghasut jemaat di Korintus untuk menjauhi Paulus dan ajarannya. Pertentangan yang belum selesai sejak konsili pertama di Yerusalem berlanjut di Korintus dan memaksa Paulus untuk mempertegas jabatan kerasulannya. Surat ini juga berisi mengenai ajakan Paulus kepada jemaat Korintus untuk melakukan pelayanan kasih kepada jemaat di Yerusalem dengan mengumpulkan uang. Oleh karena itu, dapat dikatakan surat ini sangat bersifat personal, yang di dalamnya Paulus memberikan perhatian lebih terhadap arti jabatannya sebagai rasul dan relasinya dengan jemaat.

Pada pasal 8, Paulus mengajak jemaat Korintus untuk bersama-sama mengumpulkan dana bagi jemaat-jemaat di Makedonia. 

“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” (1-5)

Secara struktur, ayat 1-5 ini menunjukkan bahwa Paulus memulai dengan menceritakan keteladanan (exemplum) dari jemaat Makedonia dalam bermurah hati sekalipun mereka juga sedang dalam kesulitan dan hal ini bukan untuk membandingkannya dengan jemaat Korintus, tetapi justru sebagai ajakan atau persuasi kepada jemaat Korintus agar mereka tergerak juga untuk menolong jemaat Makedonia. Jemaat Makedonia mengalami banyak sekali kesulitan, entah persoalan ekonomi aja atau dalam hal penganiayaan dari orang-orang non-Kristen, tetapi Paulus mengatakan mereka beroleh kasih karunia Allah yang menyebabkan mereka tetap dapat bertahan, bahkan tetap menjalankan “pelayanan kasih” kepada orang-orang kudus. Dikatakan “mereka meminta dan mendesak.” Hal ini menunjukkan Paulus mungkin sudah menolak bantuan mereka, tetapi karena sukacita mereka begitu meluap, mereka mendesak untuk beroleh bagian dalam pelayanan ini. Bantuan dari jemaat Makedonia inilah yang nanti akan digunakan Paulus di dalam “surat air mata” kepada jemaat Korintus atas tuduhan meminta biaya hidup kepada Korintus (11:7-9). Paulus sebenarnya sangat berhak menerima tunjangan dari Korintus, tapi karena Paulus sangat mengasihi mereka, ia tidak mau membebani mereka. Dengan emosinya Paulus menyatakan kasihnya kepada mereka dan mungkin juga sekaligus memberi sindiran, karena di dalam pasal 11:9, ia menyebut lagi bantuan dari jemaat Makedonia yang mencukupi kebutuhan Paulus untuk melayani di Korintus. Paulus sepertinya ingin berkata “kamu yang cukup ekonominya tidak menabur untuk pelayanan seperti yang dilakukan jemaat Makedonia, malahan menuduh aku yang tidak-tidak.” Setelah memberikan exemplum dari jemaat Makedonia, di dalam pasal 8: 7-8 Paulus sangat mengharapkan jemaat Korintus untuk bertindak dalam pelayanan kasih ini, yaitu mengumpulkan kolekte bagi jemaat Yerusalem. Anak kalimat “kamu kaya” – περισσευετε adalah kata kerja present indikatif aktif yang menunjukkan kenyataan bahwa jemaat di Korintus adalah jemaat yang memang kaya dalam segala hal, yaitu dalam kesetiaan, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan kasih terhadap Paulus. Anak kalimat “kamu kaya dalam segala sesuatu” – περισσευητε merupakan present konjunktif aktif yang menunjukkan harapan untuk dilakukan di masa kini.

Dalam surat ini kita juga menemukan kritik dari jemaat terhadap kerasulan Paulus yang disebabkan oleh “saudara-saudara palsu.” Konsekuensinya, hasutan mereka menyebabkan jemaat menjadi ragu juga atas ajaran atau Injil yang diberitakan oleh Paulus. Ajaran Paulus seakan dianggap seperti ajaran palsu, karena bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh para saudara palsu. Hal ini dapat kita lihat di dalam pasal yang ke-10 – 12, di mana tulisan Paulus menunjukkan kemarahan yang cukup besar akibat apa yang disebabkan oleh para saudara tersebut. Meskipun demikian, kita dapat melihat kasih Paulus yang amat besar terhadap jemaat. Oleh karena keraguan para jemaat, Paulus merasa perlu untuk menampilkan pekerjaan Tuhan atau anugerah yang telah diberikan kepadanya. Seakan ia menyombongkan dirinya di dalam pasal-pasal tersebut, namun sebenarnya ia “cemburu” dengan kasih yang besar kepada jemaat (11:2-3). Ia memberi kesaksian bagaimana ia selama ini tidaklah berjuang secara duniawi dan memakai senjata duniawi, tetapi diperlengkapi oleh Allah dengan kuasa dalam pelayanannya (10:3-4), ia tidak kurang hebat dibandingkan oleh para rasul tersebut (11:5), status sebagai orang Ibrani (11:22), mengalami penderitaan yang luar biasa (11:23-29), dan sebagainya. Dari apa yang telah ia saksikan, ia sebenarnya sedang meneguhkan jabatan kerasulannya sendiri di hadapan jemaat. Ia menyatakan bahwa ia adalah seorang diakonos yang melayani sepenuh hati dan bertindak dengan hati-hati agar jemaat benar-benar mendapat berkat dari pelayanannya. Ia tidak ingin menjadi batu sandungan bagi jemaat.

Surat 2 Korintus merupakan surat yang sangat personal dari seorang Paulus, diakonos Allah bagi para jemaat. Paulus tidak hanya memberi nasehat, kritikan, dan teguran, tetapi ia adalah seorang role model itu sendiri mengenai bagaimana seorang pelayan Kristus harus hidup. Paulus tidak mementingkan dirinya sendiri. Terlihat dari bagaimana ia meminta gereja Tuhan untuk saling tolong menolong dalam segala hal, baik uang, waktu, tenaga, dan juga pikiran, terutama dari bagaimana Paulus meminta jemaat Korintus untuk ikut serta menolong jemaat lain. Dalam surat ini kita juga melihat bagaimana Paulus menyaksikan anugerah Tuhan atas pelayannya agar jemaat benar-benar mengerti betapa cintanya Paulus kepada mereka dan ia tidak ingin jemaat berpaling dari Injil Kristus yang benar.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: