Hindu merupakan satu diantara tiga agama besar di India, selain Buddha dan Jain. Secara umum, sejarah kehidupan keagamaan masyarakat India tidak bisa dipastikan oleh para scholars, tetapi umumnya diperkirakan dimulai kira-kira pada pertengahan abad ke-20 SM. Aryan Invasion Theory yang dipopulerkan oleh Max Muller mengemukakan sekelompok suku yang bernama Aryan menduduki daerah utara India, di sekitar lembah Indus, dengan membawa kepercayaan mereka, misalnya politeisme. Namun teori ini direvisi oleh seorang arkeologis bernama Mortimer Wheeler, yang memperkirakan Hinduism merupakan campuran kebudayaan Aryan dengan penduduk lokal yang dinamakan Dravidian.
Hinduisme memiliki beberapa sacred texts dan beberapa percaya bahwa sebenarnya tulisan-tulisan itu pada awalnya tidaklah dimaksudkan untuk menjadi kumpulan tulisan, tetapi disampaikan secara oral saja. Meskipun demikian, melewati ribuan tahun, kita dapat melihat teks-teks indah dari Hinduism hari ini. Secara garis besar teks mereka dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu Shruti (Yang didengarkan) dan Smriti (yang diingat). Shruti texts terdiri dari 4 Vedas: Rig Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Arthava Veda. Veda berarti “knowledge” dan jika kalian baca, kitab ini menceritakan berbagai pemujaan terhadap dewa-dewa seperti Agni (dewa api), Indra, Rudra, Vishnu, dan Varuna. Kisah penciptaan juga diceritakan dalam teks ini. Veda dipercaya ditulis di dalam vedic era sekitar tahun 1500 – 500 SM dan Rig Veda adalah yang tertua. Selain Veda, shruti juga terdiri dari Upanishads dan Six Vedangas. Upanishad berarti “sitting near” seperti para murid yang duduk dekat gurunya untuk mendengarkan pengajaran. Teks ini isinya lebih bersifat filosofis mengenai brahman (realitas tertinggi), atman (jiwa manusia), karma, dan pembebasan. Six Vedangas lebih berisi mengenai skill dalam mempelajari dan mengaplikasikan Veda.
Smriti (yang didengar) terdiri dari Vedanta Sutra, 2 Epics (kisah Ramayana dan Mahabarata), Bhagavad Gita, Puranas, dan Dharma Sastra. Mungkin dari berbagai teks ini, kita lebih familiar dengan kisah Ramayana. Ramayana berarti “perjalanan Rama”, seorang anak raja yang harus pergi berkelana dari kerajaannya sendiri dan berjuang melawan Rahwana yang menculik istrinya, Sita. Pada akhirnya Rama berhasil merebut Sita dan kembali ke kerajaannya untuk menjadi raja. Kisahnya begitu menarik dan menjadi teks yang sangat penting bagi umat Hindu maupun non-Hindu di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Ajaran Hindu sangat bervariasi, mulai dari penyembahan dewa, ritual, pemahaman tentang natur manusia, alam semesta, dsb. Penganut Hindu Advaita Vedanta yang mengarah kepada monistik menganggap Brahman sebagai realitas ultimat. Namun dikalangan penganut yang tidak terlalu filosofis, mereka lebih memilih menyembah berbagai dewa. Umumnya Hinduisme di India percaya kepada 330 juta dewa dan menyembah tiga dewa besar; Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Dewa yang terkenal adalah Krishna, yang dipercaya sebagai avatar dari Wisnu. Sebenarnya tidak terlalu jelas apakah Brahman sebagai realitas ultimat adalah personal atau impersonal. Yang terutama adalah Brahman memanifestasikan dirinya ke dalam seluruh proses kosmik atau yang biasa dikenal dengan panteisme. Tidak jauh berbeda dengan Buddhisme, pandangan Hinduisme tentang natur masalah adalah mengenai manusia yang terjebak dalam samsara. Akar masalah manusia bukanlah dosa atau pemberontakan terhadap Tuhan, melainkan ketidaktahuan atau ignorance terhadap memahami natur realitas yang sesungguhnya.
Hinduisme juga mempercayai terdapat 4 kelas/kasta di dalam masyarakatnya, yang disebut 4 varnas: Brahmana, yang terdiri dari guru atau orang-orang suci; Ksatria, yang mempertahankan keamanan seperti prajurit dan polisi; Waisya, yang menjalankan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat; dan Sudra, kaum terendah seperti budak atau pekerja lainnya. Walaupun demikian, dalam perkembangannya kepercayaan ini sudah mulai ditinggalkan, khususnya ketika Hinduisme bercampur dengan ajaran Islam ketika Islam berhasil menduduki India dan mendirikan kesultanan sekitar abad 12-13M. Dan bahkan menurut legenda, Siddharta Gautama pendiri Buddhisme, meninggalkan Hinduisme oleh karena ia tidak setuju akan pembagian 4 varnas ini.
Keselamatan dalam Hindu dimengerti sebagai terlepasnya manusia dari samsara atau yang disebut moksha, yaitu pembebasan. Pembebasan ini dapat tercapai dengan menjalankan karma marga (tidak mementingkan diri sendiri dan taat kepada aturan moral dan ritual), jnana marga (membebaskan pandangan kepada natur realitas), dan bhakti marga (menaati satu tuhan yang personal). Selama mereka belum mencapai keselamatan itu, mereka akan terus berada dalam proses reinkarnasi. Jiwa (atman) di dalam diri manusia tidaklah berubah dalam kesadarannya, jadi memang hanya berpindah tubuh saja setelah mengalami kematian. Selain itu, inti dan sasaran keselamatan dalam Hinduisme adalah bahwa kita harus mengusahakan kesatuan yang ilahi, yaitu kesatuan dengan Brahman, karena kita adalah bagian dan perwujudannya di dalam alam semesta. Terdapat banyak sekali organsisasi Hinduisme yang terkenal dan mendunia saat ini, diantaranya yang lebih sering kita dengar adalah International Society for Khrisna Conciousness atau yang disebut Hare Khrisna dan juga Ramakrishna Mission.
Leave a Reply