Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada masa sekarang, musik digunakan dalam berbagai suasana dan tujuan. Orang percaya (Kristen) mengenali musik sebagai karunia Allah yang indah dalam memperkaya kehidupan manusia. Menurut Smith dan Carlson, musik tidak bisa dilepaskan sama sekali dari Allah yang memberi karunia tersebut dan juga bahwa iman seseorang sangat mempengaruhi bukan saja kehidupan seseorang, tetapi juga musik yang ia hasilkan.
Menurut Agustinus, musik tidak dapat dipisahkan dengan Kekristenan. Alkitab sendiri menuliskan bahwa pertama kali alat musik ditemukan dan dimainkan oleh salah satu keturunan Kain, yaitu Yubal dalam Kejadian 4:21. Musik juga menjadi bagian dari kehidupan orang Israel. Mereka menggunakan musik saat suka maupun duka, dan tentu saja dalam ibadah. Ini tampak dari nyanyi-nyanyian yang tercatat di Perjanjian Lama, seperti nyanyian Musa di Keluaran 15, nyanyian Debora dan Barak di Hakim-Hakim 5, nyanyian ratapan Daud di 2 Samuel 1, dan sebagainya. Pada zaman itu sudah pasti belum terdapat buku-buku teori mengenai apa itu melodi, apa itu ritmik, irama, chord, seperti yang dapat ditemukan ratusan tahun setelahnya, juga belum ada sekolah musik tempat anak dapat belajar musik dengan baik. Sejarah musik hingga tahun 200 Masehi diselimuti kegelapan karena masalah notasi (penelitian nada). Hal ini membuktikan bahwa musik adalah talenta yang berasal dari Allah sendiri dan juga memiliki tujuan bagi kemuliaan Allah. Agustinus membahas bagaimana musik himne merupakan “pujian yang bermakna.” Menurutnya, sebuah nyanyian atau pujian yang kita naikkan, yang tidak bermakna untuk kemuliaan Allah, bukanlah sebuah himne. Oleh karena itu, himne memiliki 3 elemen utama, yaitu lagu (Song) dan pujian (Praise) kepada Tuhan (God). Selain musik himne, bila membahas bagaimana sejarah musik Jazz yang dimulai dari perbudakan orang kulit putih terhadap bangsa kulit hitam selama kurang lebih 300 tahun, juga kepada gospel music yang mempengaruhinya, kita melihat pekerjaan Allah dalam semua kejadian tersebut dan sampai perkembangan musik-musik lainnya pada saat ini. Dari hal-hal tersebut tidak dapat dipungkiri, bahwa Allah turut campur tangan di dalam musik.
Namun, kejatuhan (Fall) menyebabkan manusia berdosa dan jauh dari maksud dan tujuan Allah dalam musik. Abad ke-20 merupakan abad terbesar dalam perkembangan musik. Berbagai style atau genre musik bermunculan, seperti Pop, Jazz, Rock, Fusion, Metal, dan sebagainya, termasuk subgenre dari genre-genre tersebut. Di Amerika, pada awal abad 20, tingkat kehidupan prostitusi, minuman keras, perjudian, gangster sangat tinggi, dan musik Jazz adalah salah satu musik yang dipakai untuk “menemani” dan “mengantar” orang-orang Amerika kepada hal-hal tersebut pada bar-bar malam di sana. Musik Jazz tidak dapat dilepaskan dari kehidupan malam tersebut. Tidak sedikit musisi-musisi Jazz Kristen yang menghidupi kehidupan dosa tersebut dan mati karena overdosis, bunuh diri, dsb. Contoh lain adalah musik Rock. Pada akhir tahun 1960 musik Rock telah menarik perhatian para pendengar musik di Amerika dan berkembang dengan pesat di sana. Salah satu faktor berkembangnya musik ini adalah timbulnya pemberontakan dari kalangan-kalangan muda terhadap budaya di Amerika, yang disebut sebagai kelompok Hippies di tahun 60-an, dan memang musik ini dominan didengar dan dimainkan oleh kalangan muda. Kelompok tersebut adalah kelompok yang tidak suka kepada Kekristenan, tidak peduli agama, dan budaya. Mereka mendefinisikan baik dan jahat menurut mereka sendiri. Musik Rock tidak dapat terlepas dari unsur pemberontakan dan kebebasan, kehidupan seks dan drugs. Tidak sedikit juga musisi dan penyanyi Pop yang beragama Kristen, hidup dalam kecanduan obat-obatan, hutang, dan akhirnya mengakhiri hidupnya tidak di dalam Kristus. Kejadian-kejadian tersebut sebagai bukti bahwa manusia sudah tidak lagi menghidupi musik yang berlandaskan Kristus dan membawanya bagi kemuliaan-Nya. Untuk inilah pendidikan Kristen perlu untuk membawa musik dalam terang penebusan Kristus (redemption).
Pendidikan musik adalah bidang studi yang berasosiasi dengan teaching & learning tentang musik. Pada pendidikan zaman dahulu atau tradisional, seni, khususnya musik, belum menjadi bagian di dalam kurikulum pendidikan sekolah. Musik masih merupakan kegiatan – kegiatan ekstra di luar jam pelajaran sekolah, seperti kegiatan choir dan orchestra yang menjadi kegiatan baik dan pantas sebagai bagian dari aktivitas sekolah dan sekarang seni musik sudah menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Seni musik merupakan cabang seni yang menggunakan media bunyi sebagai sarana pengungkapan ekspresi senimannya. Mengutip dari buku Charles Hoffer Introduction to Music Education, mengatakan pengertian yang cukup penting:
“The nature of music seems like a simple matter, but is it? Is the crash of a cymbal or an eerie sound from an electronic instrument music? Why is a boom from a bass drum considered musical and booms from other sources thought of as noise? The difference is not so much in the sounds themselves as it is in the context in which they are heard. If they appear in an organized sequence of sounds, then they become music; if not, they are just random noises. The key to the matter is organization. In fact, music has often been defined as organized sound.”
Para musisi yang juga menjadi seorang pendidik Kristen, berdasarkan fakta-fakta kejatuhan musik seperti yang disebutkan di atas, seharusnya memiliki beban dan juga sadar akan tanggung jawabnya membawa musik kembali kepada desain awal, yaitu kemuliaan Tuhan. Brummelen memberikan sebuah contoh yang baik bagi pendidik musik Kristen dalam memberikan pandangan Alkitab dalam persoalan ini. Ia mengutip sebuah ayat dari Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Menurut Brummelen, ayat ini dapat digunakan oleh pendidik seni, berkenaan dengan seni adalah buah dari pikiran dan juga ekspresi seseorang. Begitu juga dengan musik, yang adalah salah satu bentuk dari seni. Pemikiran yang dimiliki orang-orang yang tidak mengenal Allah ataupun bukan seorang Kristen yang benar, telah menciptakan karya musik atau lagu yang jauh dari fokus terhadap Allah. Mereka menciptakan lagu tentang cinta (nafsu), hilangnya pengharapan, keinginan bunuh diri, bahkan pemujaan terhadap setan, dan sebagainya. Sudah seharusnya sebagai musisi Kristen yang diperintahkan untuk memikirkan apa yang baik, mulia, manis, menciptakan musik-musik mengenai kebaikan, kasih, dan juga menceritakan anugerah umum dan anugerah khusus Allah.
Dapat disimpulkan bahwa seni musik adalah bentuk ekspresi seseorang yang dinyatakan atau dihasilkan melalui melodi, ritmik, dan harmoni yang merupakan organized sound atau berada dalam suatu keteraturan atau urutan, dan memiliki nilai estetik (dapat dinilai secara subyektif dan obyektif). Jika salah satu syarat penting pendidikan adalah harus meningkatkan kognitif, psikomotor, dan afektif, maka seni musik adalah salah satu bidang ilmu yang dapat menyentuh tiga ranah tersebut, dan jika musik adalah karunia Allah, maka pendidikan yang berpusat pada Kristus sebagai sumber segala pengetahuan, akan menekankan musik sebagai sesuatu yang harus dikembalikan bagi Kemuliaan-Nya.
Leave a Reply